Obat adalah suatu zat atau bahan yang dapat digunakan untuk mengurangi, manghilangkan, dan menyembuhkan suatu penyakit yang terjadi pada tubuh manusia.(dr. Hendrik, S.Ked., 2009 : 66)
Sesungguhnya teori yang mengatakan tentang penyakit yang tidak ada obatnya atau tidak bisa disembuhkan bertentangan dengan aqidah Islam.
Rasulullah Saw. menegaskan yang diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Zubair, dari Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Dari Jabir ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda “Masing-masing penyakit pasti ada obatnya. Kalau obat sudah mengenai penyakit, penyakit itu pasti akan sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla.” (dikeluarkan oleh Muslim (2204))
Dalam shahih Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
“Setiap kali Allah menurunkan penyakit, pasti Allah menurunkan obatnya.” (dikeluarkan oleh Bukhari (6578))
Sementara dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan hadits dari Ziyad bin Ilaqah, dari Usamah bin Syuraik diriwayatkan bahwa ia menceritakan, “suatu saat aku sedang berada bersama Nabi, tiba-tiba datanglah beberapa lelaki Badui.
Mereka bertanya, “Apakah kami boleh berobat?” Beliau menjawab, “Boleh hai hamba Allah sekalian, silahkan kalian berobat! Karena setiap Allah menciptkan penyakit, pasti Allah juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja.” Mereka bertanya, “Penyakit apa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “penyakit tua.”
Ungkapan “setiap penyakit pasti ada obatnya,” artinya bisa bersifat umum, sehingga termasuk di dalamnya penyakit-penyakit mematikan dan berbagai penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh para dokter, karena belum ditemukan obatnya. Allah SWT. menciptakan obat-obatan untuk menyembuhkan semua penyakit, namun pengetahuan terhadap obat-obatan tersebut, tidak di hadapkan kepada umat manusia. Karena ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia hanyalah sebatas yang diajarkan oleh Allah SWT. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, 2005 : 22).
Oleh sebab itu, kesembuhan terhadap penyakit dikaitkan oleh Rasulullah Saw. dengan proses kesesuaian obat dengan penyakit yang diobati karena setiap penyakit pasti ada obat yang menjadi dasar supaya penyakit itu sembuh.
Semua hadits-hadits di atas mengandung perintah untuk berobat. Berobat tidaklah bertentangan dengan tawakal. Hakikat tawakal adalah kesungguhan dalam menggantungkan hati kepada Allah SWT..
Hadits di atas menentang orang yang tidak berupaya mencari obat. Orang itu mengatakan, “Jika kesembuhan sudah ditakdirkan, obat tidak akan ada manfaatnya. Jika kesembuhan tidak ditakdirkan, obat juga tidak akan bermanfaat.” Atau, orang-orang yang berkata, “ penyakit terjadi karena kehendak Allah SWT., maka tidak ada orang dan sesuatu yang dapat melawan kehendak Allah SWT.”
Pernyataan di atas adalah pernyataan orang-orang Badui kepada Rasulullah Saw. Sahabat-sahabat dekat Rasulullah Saw. lebih mengenal Allah SWT., kebijakan, dan sifat-sifat-Nya, dan mereka tidak berfikir sebagaimana orang-orang Badui.
Ungkapan Rasulullah Saw. “setiap penyakit pasti ada obatnya” memberikan semangat kepada orang yang sakit dan dokter yang mengobatinya.
Ibnu Qoyyim mengatakan ungkapan dalam hadits Rasulullah Saw. setiap penyakit pasti ada obatnya, memberikan semangat kepada orang yang sakit dan dokter yang mengobatinya, karena jika orang yang sakit mengetahui bahwa penyakit yang dideritanya itu ada obatnya maka orang yang sakit akan menaruh harapan pada dirinya. Selain itu juga mengandung anjuran untuk mencari obat dan menyelidikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar